Ogah Jadi Pengacara Ferdy Sambo, Ternyata Ini Alasan Mengejutkan Hotman Paris Tolak Tawaran Tangani Kasus Suami Putri Candrawati: Maaf Saya Nggak Bisa



Ogah Jadi Pengacara Ferdy Sambo, Ternyata Ini Alasan Mengejutkan Hotman Paris Tolak Tawaran Tangani Kasus Suami Putri Candrawati: Maaf Saya Nggak Bisa

Pengacara kondang, Hotman Paris baru-baru ini mengaku pernah ditawari menjadi pengacara Ferdy Sambo.

Tak menerima, Hotman Paris justru memilih menolak jadi pengacara Ferdy Sambo.

Tolak tawaran jadi pengacara Ferdy Sambo, Hotman Paris rupanya memiliki alasan tersendiri.

Cek produk DISINI


Seperti diketahui, kasus pembunuhan Brigadir J alias Brigadir Nopriansyah Yosua Hutabarat memang menjadi sorotan publik.

Bagaiamana tidak? Pembunuhan Brigadir J tersebut sempat direkayasa oleh bosnya sendiri yakni Ferdy Sambo.

Sontak publik pun bertanya-tanya mengapa Ferdy Sambo sampai tega membunuh ajudannya.

Tak hanya publik, pengacara kondang Hotman Paris juga ikut menyoroti kasus yang sedang viral tersebut.

Mengejutkannya, baru-baru ini Hotman tetiba mengaku bahwa ia sempat ditawari menjadi pengacara Ferdy Sambo.

Namun, tawaran tersebut ditolak Hotman.

Dilansir TribunWow.com, Hotman Paris memiliki alasan hingga akhirnya menolak jadi pengacara tersangka kasus pembunuhan Brigadir J allias Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat yang viral itu.

Hal itu diungkapkan dalam acara Pagi Pagi Ambyar TRANS TV, Kamis (1/9/2022).

Dalam tayangan itu, Hotman Paris mulanya membahas isu yang tengah hangat dalam kasus pembunuhan Brigadir J.

“Pembunuhannya sudah diakui, berarti sudah kena, cuma pembunuhan berencana atau pembunuhan spontan,” ujar Hotman Paris.

“Jadi hanya mencari hukuman apa yang setimpal.”

Pasalnya, menurut Hotman, hukuman yang dijatuhkan akan berbeda untuk kasus pembunuhan spontan dan pembunuhan berencana.

Jika terbukti melakukan pembunuhan berencana, Ferdy Sambo bisaterancam hukuman seumur hidupatau hukuman mati.

“Kalau pembunuhan spontan maksimal 20 tahun, mungkin kalau 15 tahun dengan remisi lebaran, hari libur nasional jadi 10 tahun,” ucap Hotman.

Pengacara kondang itu mengakui sempat diminta menjadi kuasa hukum Ferdy Sambo.

Namun, Hotman Paris memilih menolak tawaran tersebut.

“Maaf untuk kali ini saya enggak bisa.”

“Ada alasan tertentu, terutama dalam bulan yang sama ada kasus viral rakyat kecil yang berhasil saya tolong,” tandasnya.

Lebih lanjut, Hotman Paris mengatakan bahwa pengacara tidak selalu membela klien yang berada di posisi benar dalam suatu perkara hukum.

“Tidak benar bahwa pengacara hanya membela orang yang jujur atau bersih,” beber Hotman.

“Pengacara itu, kepada pihak yang bersalah pun harus bekerja agar bisa dihukum sesuai kesalahannya,” sambungnya.

Singgung Tangis Ferdy Sambo

Hotman Paris Hutapea kembali buka suara soal kelanjutan kasus pembunuhan Brigadir J atau Nofriansyah Yosua Hutabarat.

Dilansir TribunWow.com, Hotman Paris mempertanyakan pengakuan saksi kunci di Berita Acara Pemeriksaan (BAP).

Melalui akun Instagram @hotmanparisofficial, pengacara berdarah Batak itu menyebut tersangka Ferdy Sambo sempat menangis.

Lantas, apa maksud Hotman Paris menyinggung hal tersebut?

Dalam video singkat yang diunggahnya, Hotman mengatakan hanya mempertanyakan keterangan saksi kunci tersebut.

“Ada satu hal yang menggelitik, insting hukum saya sedikit bersuara,” ungkap Hotman.

“Dan ini bukan pernyataan, bukan kesimpulan, hanya berupa pertanyaan.”

Hotman menyebut Ferdy Sambo sempat menangis seusai kembali dari Magelang.

“Apakah benar sesudah tiba dari Magelang ke Jakarta, di rumah pribadi Nyonya PC cerita apa yang dialami olehnya di Magelang,” ujar Hotman.

“Dan pada saat itu, seorang jenderal yang adalah suaminya, Sambo, menangis.”

“Benar enggak itu kejadian seperti kata saksi? Apakah benar para saksi kunci menyatakan itu di BAP?,” sambungnya.

Jika hal itu benar, kata Hotman, pembunuhan Brigadir J diduga tak direncanakan sebelumnya.

“Sebab kalau benar saksi kunci memberikan kesaksian bahwa seorang suami menangis begitu mendengar cerita istrinya, maka bisa berakibat ke apakah itu 338 atau 340,” beber Hotman.

“Karena emosi berbeda dengan perencanaan.”

“Kalau perencanaan tentu matang, kalau emosi masuk ke unsur pembunuhan spontan,” tandasnya.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel